Mengintip Keseruan Tahun Baru Imlek di Singkawang


Yeeeyyy!!! Hari yang ditunggu semua orang akhirnya tiba! Yaa, hari yang paling ditunggu adalah Tahun Baru Imlek yang biasanya diadakan setahun sekali.

“Gong Xi, Gong Xi!”, begitulah sekiranya kata-kata yang dapat kita dengar baik sebelum hari Tahun Baru Imlek, sewaktu harinya dan beberapa hari setelahnya.

Tahun Baru Imlek ini biasa dikenal dengan nama ‘konyian’ atau ‘sincia’ memang identik dengan warna merah dan tidak lupa juga disediakan ‘angpao’, yang biasa diberikan oleh orang tua ke anak-anaknya, atau anak-anak ke orang tuanya. Dan bisa saja keluarga mengadakan acara tukar ‘angpao’ antar keluarga.

Sincia pada tahun ini jatuh pada tanggal 16 Februari 2018, dimana pada tahun ini merupakan tahunnya shio Anjing tanah. ‘Sincia’ biasanya adalah ajang keluarga baik keluarga yang tinggal dekat dengan kita maupun yang jauh dari kita dapat berkumpul bersama untuk bersilahturahmi.

Tidak lengkap rasanya jika sincia hanya mendekor rumah dan menyediakan angpao, pada saat sincia biasanya rumah-rumah menyediakan makanan dan minuman guna menyambut tamu yang akan datang nanti.

Makanan yang setidaknya harus disediakan adalah jeruk mandarin, dua buah jeruk bali, kue keranjang, ikan, kue lapis, dan juga kacang. Adanya makanan tersebut memiliki makna tertentu dari masing-masing makanan yang disediakan.

Namun, pada blog saya kali ini saya tidak ingin membahas mengenai pengertian dari adanya makanan diatas pada saat sincia.

Saya ingin menceritakan mengenai liburan sincia saya pada saat di Singkawang, Kalimantan Barat bersama dengan keluarga besar saya. Selain berlibur, kami juga berniat untuk mengunjungi kakek saya yang memang tinggal disana.

Namun sebelum menceritakan saya ingin memberitahuan sedikit mengenai tradisi yang dilakukan oleh kebanyakan orang Tionghoa sebelum menyambut Tahun Baru Imlek ini.

Baik sehari sebelum Tahun Baru Imlek maupun pada saat merayakan harinya, orang Tionghoa biasanya melakukan sembahyang terlebih dahulu. Sembahyang ini guna untuk mengucapkan syukur kepada leluhur. Sembahyang bisa dilakukan di rumah maupun pergi ke klenteng atau ke Vihara. Ada juga yang pergi ke makam orang-orang terkasih yang sudah lebih dulu pergi meninggalkan mereka yang masih ada di dunia.

Nah, mari kita mulai cerita serunya sincia di Singkawang, Kalimantan Barat.
Suasana yang terlihat sungguh berbeda dengan di Jakarta. Jika di Jakarta mungkin rumah-rumah akan lebih terlihat biasa saja, berbeda dengan di Singkawang. Hampir semua rumah yang ada di sepanjang jalan menuju Singkawang hingga ke Singkawang dipenuhi dengan dekorasi-dekorasi yang tentu saja menarik pada saat pertama kali kita melihatnya.

Dekorasi yang ada seperti menggantung lampion di depan rumah di tambah dengan hiasan-hiasan berwarna merah yang tentu saja sesuai dengan identiknya konyian. Bahkan ada beberapa rumah disana yang menaruh pohon sakura palsu yang telah dihias sedemikian rupa di halaman rumahnya, hal itu tentu saja sangat menarik dan mengesankan bagi saya yang memang jarang merayakan sincia di kampung halaman orang tua saya.

Tidak hanya dekorasi rumah saja yang menarik perhatian saya, namun di beberapa rumah mereka ‘menyetel’ lagu sincia yang tentu saja menambah ramainya suasana disana. Lalu melihat orang-orang yang ada di dalam rumah tersebut duduk dan saling mengobrol tentu saja membuat saya lebih takjub lagi karena kekeluargaan disana. Hal tersebut tentu saja jarang kita lihat jika kita berada di Jakarta.
Tidak hanya rumah-rumah yang ada di pinggir jalan raya yang didekorasi dengan sedemikian rupa menariknya, rumah yang terdapat di dalam gang pun tidak kalah menariknya.

Mala terlihat lebih indah lagi dengan lampu yang dipasang didepan rumah dan lampion yang digantung di sepanjang jalan di dalam gang tersebut. Namun ada sedikit perbedaan dekorasi rumah yang ada di pinggir jalan dan di dalam gang.

Jika rumah-rumah dipinggir jalan lebih didominasi dengan warna merah, tapi rumah di dalam gang didominasi oleh warna merah muda. Terlihat bagus karena tidak hanya satu atau dua rumah saja yang didekorasi seperti itu, namun 95% rumah yang ada di dalam gang tersebut didekor seperti itu.


Menurut saya karena adanya dekorasi tersebut membuat kita merasa “wah, ini baru yang namanya sincia! Ada dekorasi-dekorasi yang menyenangkan mata, jadi berasa nih kalau memang lagi sinciaan’.

Oh iya, sebelum kita memasuki gang tersebut, di depan gang terdapat 2 hiasan dari kertas dan lampu berbentuk dua ekor anjing yang menandakan bahwa kita sudah memasuki tahun dengan shio anjing pada saat ini.

Mereka juga tidak lupa memeriahkan rumah mereka dengan musik-musik dengan semangat yang membuat suasana rumah bahkan sampai ke gang nya terasa ramai. Saya juga melihat banyak yang berlalu lalang sehabis mereka berkunjung kerumah kerabat mereka yang ada di dalam gang tersebut.
Ada juga yang sedang berkumpul di depan rumahnya dan mengobrol ringan karena jarangnya mereka bertemu.

Sekiranya sebanyak itu yang dapat saya ceritakan pada blog saya pada kali ini. Sampai jumpa di cerita blog saya yang lainnya!

Komentar